watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PUTUS AKIBAT ORANG TUA

Nama saya Asep (Bukan nama sebenarnya),
saya asli anak kampung lahir dilereng
pegunungan Bandung Barat (Jawa Barat). Kisah
nyata ini berawal sejak saya masuk PSD1
(Pendidikan Setara Diploma) di Bandung, nama
gadis itu Lilis (Bukan nama sebenarnya),
kelahiran PB (RIAU) yang dikirim orangtuanya ke
Bandung untuk menuntut ilmu.
Singkat cerita setelah kenal selama kurang-lebih 3
bulan, saya dengan Lilis pulang dari kuliah
bareng seperti biasanya. Sebelum pulang Lilis
meminta saya untuk mencium keningnya (Jelas
saya lakukan, saya cinta). Tiba-tiba setelah saya
melangkahkan kaki beberapa langkah, tiba-tiba
Lilis memanggil, "Sep.. kesini sebentar",
langkahku terhenti dan membalikan badan untuk
menghampirinya. Serta dia berbisik, "Kedalam
dulu yuk.., di dalam nggak ada siapa-siapa",
saya berhenti sejenak lalu masuk. Di rumahnya
hanya bertiga (Kakaknya, Lilis, dan Adiknya).
Kemudian saya dipersilakan duduk kemudian
Lilis berkata, "Sebentar yach saya ganti baju
dulu." 3 menit kemudian Lilis datang dengan
membawa air minum dan duduk di samping
saya. Kemudian dengan sedikit keberanian saya
mencium bibir Lilis, dia hanya tertunduk malu
sambil berkata "Ich.. Asep jangan gitu ach.." dan
pipinya memerah menambah kecantikannya.
Saya bilang, "Lilis.. kamu cantik dech kalau pipi
kamu merah.." lalu Lilis menyubit pas di
kemaluan, saya sedikit teriak "Aduh.. sakit donk."
Kemudian Lilis langsung memegang kemaluan
saya dan berkata, "Coba saya lihat.." sambil
membuka retsleting celana saya. "Jangan ach
malu.." kata saya. Tanpa memikirkan hal apapun
saya merelakan kemaluanku dilihat sama Lilis,
Lilis bilang "Bagus yach.. gede dan rada
bengkok." Saya bilang "Lilis.. kamu mau?" tanpa
menjawab ia hanya merebahkan badannya di
kursi panjang tempat saya duduk, tanpa berpikir
panjang saya lalu menindih dia, saya ciumi dia,
saya buka kancing bajunya dan saya buka juga
BH-nya. Susunya masih kecil seukuran dengan
kepalan tangan. Saya julurkan lidah saya diputar
ke kiri dan kanan, ke atas dan ke bawah untuk
memainkan puting yang masih kecil.
Payudaranya semakin lama semakin mengeras
dan kepala saya semakin ditekan ke
payudaranya, sambil memanggil-manggil nama
saya "Terus.. Sep, terus Sep.., nikmat.. sekali
Sep" dan terdengar desahan kecil "aacchh.."
barengan itu pula saya ingin ke belakang,
rasanya kepingin pipis, sambil mengangkat
kepala dari payudaranya. Saya bertanya berbisik
"Ech.. kamar kecilnya dimana", dia menjawab
sambil mengangkat tangannya menunjukan
arah, "Masuk ke situ.. lurus lalu belok kanan",
tanpa berpikir panjang saya langsung lari ke
kamar kecil dan keluarlah "cairan perjaka" yang
pertama.
Tanpa sepengetahuan saya Lilis ternyata
mengikuti dari belakang, lalu masuk ke kamar
kecil itu dan bertanya sambil melihat
kemaluanku, "Sep.. kamu kok tiba-tiba lari,
kenapa?" Aku hanya terdiam dan aku tak tahu
apa yang terjadi, badanku terasa lemas seperti
yang sudah menempuh perjalanan jauh.
Kemudian Lilis membuka baju dan BH-nya yang
sudah terlepas tadi. "Mandi ach.." Lilis bilang,
tanpa rasa malu dia membuka seluruh
pakaiannya di depan saya dan di gantungkannya
di paku dinding kamar mandi. Kemudian saya
berpikir "Apa yang sedang saya lakukan?", Lilis
dengan tiba-tiba sangat bernafsu menciumi bibir
dan leher saya, serta tangannya yang terampil
mengocok kemaluan saya yang dari tadi nongol
dari retsleting yang belum saya tutup sampai
terasa ngilu. Tangan Lilis yang sebelah kiri
memegang pundak saya dan tangan yang
sebelahnya lagi tangan kanan menuntun
kemaluan saya yang tadi dikocok-kocok untuk
dimasukan ke dalam vaginanya. Lilis berbisik,
"Sep.. kok nggak masuk-masuk..", saya bilang
"Nggak tahu atuh, saya nggak bisa
memasukannya, kayaknya terlalu sempit nich.."
Lalu Lilis berbisik, "Kita pindah saja yuk kekamar,
biar nggak susah", sebelum kaki melangkah
kami dikejutkan oleh bunyi bel pintu depan
"Ding-Dong" (Waduh kagetnya minta ampun,
jantung rasanya nggak karuan). Kami berdua
saling bertatapan sejenak, kemudian dengan
spontan Lilis meraih baju, BH serta CD-nya yang
digantung di paku, saya langsung lari ke depan
untuk membuka pintu, ternyata yang dateng
orangtuanya dari Riau (kakaknya ternyata jemput
orangtuanya dari Airport). Pas buka pintu
langsung kakaknya bertanya, "Dimana si Lilis,
kok nge-bel dari tadi nggak di buka-buka
pintunya, lagi pada ngapain sich kalian?" Saya
menjawab "Dari tadi Lilis ada dibelakang, saya
disini.. lalu Lilis teriak meminta agar saya
membukakan pintunya, maafkan saya kak..,
karena saya selaku tamu di sini tidak ada hak
untuk membuka pintu tanpa seizin tuan rumah.
Dan saya kira tadi bukan kakak, jadi tidak saya
buka." Kemudian sambil masuk ke dalam
kakaknya bergumam, "Ach.. dasar kamu pintar
cari alasan."
Setelah itu orangtuanya Lilis berbincang-bincang
dengan saya (Interogasi), tanya asal-usul,
orangtua, pekerjaan orangtua, rumah, pokoknya
segalanya. Dan saya jelaskan semuanya, saya di
Bandung ini sejak masuk SMP (yach.. inilah nasib
anak kampung). Kemudian terdengar suara
ibunya memarahi Lilis, "Ngapain kamu pacaran
sama anak kampung gitu.., mau diberi makan
apa kamu sama dia, pokoknya Mama nggak
setuju kamu berhubungan sama dia." Beberapa
menit kemudian Lilis datang dengan mata
berkaca-kaca, merah tanda mau menangis dan
ia meminta saya untuk meninggalkan rumah itu.
Tidak banyak berkata saya langsung pulang
tanpa pamit dan saya mengerti, serta
mendengar apa yang ibunya bilang. Waktu itu
menjelang pukul 18:00, aku pulang ke rumah
dengan 1001 pikiran dan pertanyaan, mengapa
hal ini terjadi pada saya? Di tempat tidur kira-kira
pukul 19:25 saya melamun memikirkan apa yang
sudah saya alami siang tadi. Tiba-tiba terdengar
ketukan pintu sambil mengucapkan "salam",
dalam pikiranku "perasaan saya hafal suara itu"
pas saya buka ternyata Lilis datang dengan
wajah dan rambut lusuh dibasahi dengan
keringat dan air mata, kemudian tanpa banyak
bicara saya peluk, saya cium keningnya dan
saya minta untuk menceritakan kenapa bisa
begini. Sambil tersedu-sedu Lilis menjelaskan
semuanya, bahwa setelah saya pulang Lilis
bertengkar hebat dengan orangtuanya, lantas ia
minta izin untuk tidur di rumah temannya yang
bernama Ina (bukan nama sebenarnya, yang
sudah ia hubungi). Jika ortunya telepon bilangin
Lilis ada disini, tapi sudah tidur, padahal
sebenarnya Lilis ke rumah saya "Dengan dalih
nginap dirumah Ina."
Kemudian saya siapkan air hangat, saya bikin
nasi goreng dan saya siapkan juga baju piyama
(maklum saat itu ortu masih di kampung dan
rumah itu hanya cukup buat sendiri, jadi apa-apa
melakukan sendiri). Kemudian kami makan nasi
goreng yang saya buat, lalu Lilis mengeluarkan
air mata lagi. Saya bilang, "Sudah dong ach..,
jangan nangis lagi.." lalu Lilis berkata, "Sep..,
saya minta maaf atas omongan dan perlakuan
orang tua saya terhadap kamu tadi siang." Saya
bilang, "Walaupun saya marah sama orang tua
kamu, tapi kalau melihat kamu senyum saya
nggak bisa marah lho.." sambil sedikit merayu.
Sampailah pada pukul 21:00, kita berdua pergi ke
kamar rasanya lelah sekali, saat itu Dunia Dalam
Berita, Lilis meminta saya untuk memeluknya
dan berkata "Sep.. apa yang bisa membuat
kamu percaya bahwa saya betul-betul sayang
sepenuhnya sama kamu", lalu saya berkata
berikanlah "kesicuan" kamu, setelah kau berikan
baru saya akan percaya. (Perlu pembaca
ketahuai, bahwa saya belum pernah mencium
"bau" wanita sebelumnya, mungkin karena saya
tertutup atau karena saya masuk STM (Sekolah
Teknik Menengah)dan teman-teman saya tidak
ada perempuannya, hanya omong yang besar
yang ada kalau membicarakan masalah wanita).
Tapi setelah permintaan itu Lilis hanya berdiam
saja, tanpa banyak komentar saya pegang
payudaranya, kemudian saya buka kancing baju
piyamanya serta celana dan CD-nya. Lilis seolah-
olah pasrah dengan apa yang saya lakukan,
kemudian saya mengulangi yang siang tadi saya
lakukan. Saya hisap puting payudaranya,
kemudian saya mainkan dengan lidah, lalu
menyusuri leher, perut, tali pusar terus sampai
bawah ke "hutan homogen" yang belum begitu
banyak tumbuh bulu. Dia tertawa manja sambil
memanggil, "Sep.. jangan geli Sep.., ich.. Asep..
kamu apa-apaan geli ach.." Saya berhenti
sejenak dan saya tatap matanya yang penuh
gairah, lalu saya berkata "Tapi kamu suka khan.."
ia cuma mengangguk sambil tersenyum. Lantas
saya lebih gila, saya jilati daging yang ada di
dalam bibir "Goa" yang sempit itu, Lilis semakin
ganas dan liar, dengan keras ia mendorong-
dorong kepala saya ke lubang "Goa" sambil
menikmati jilatan lidahku. Lalu Lilis meminta saya
untuk memasukan penis saya ke dalam
"Goanya", kemudian saya membuka celana dan
CD saya, saya berikan penis saya yang lumayan
gede dan agak bengkok ketangan Lilis lalu di
masukannya penis saya ke vaginanya.
Mulanya susah masuk, tapi atas kegigihan dan
bantuan tangan Lilis akhirnya bisa masuk
"Blessh" terdengar sedikit rintihan Lilis "Sakit
Sep.., sakit." Saya berpikir "Baru saja 1/2 yang
masuk sudah begini.., bagaimana kalau
semuanya masuk", kemudian saya perlahan-
lahan menaik-turunkan pinggang saya berkali-
kali, sambil memasukan penis saya lebih dalam
lagi, tidak terdengar rintihan hanya bisikan-
bisikan mesra yang meminta agar saya
memperdalam "galiannya", saking begitu
nikmatnya Lilis memejamkan kedua matanya
dan meminta lebih dalam lagi "Sep.., terus Sep..,
lebih dalam lagi.., terus.." beberapa saat
kemudian terasa badan saya mengejang dan
saya memeluk tubuh Lilis, tiba-tiba mata Lilis
terbuka dan bertanya, "Ada apa Sep.., kok kamu
berhenti.. ech.. apa ini, kok terasa seperti ada
yang menembak ulu hati saya", lalu dia berkata
lagi "Sep.., tapi nikmat terusin dong.., ayo
dong.." Kemudian saya coba untuk mengangkat
penis saya tapi terasa ngilu sekali sampai saya
"nyengir". Lilis bertanya, "Sep.. kenapa, sakit?"
Saya jawab, "Tidak.." Dan saya mulai menaik-
turunkan pinggang untuk melanjutkan
permainan walaupun ada rasa ngilu. Beberapa
menit Lilis meminta mempercepat tempo
gerakan "Cepatin dikit.." sambil memegang
pantat saya dan akhirnya ia mengejang kurang
lebih 6 detik sambil memeluk erat badan saya
dan melepaskan napas yang sepertinya tertahan
dari tadi, perasaan lemas dan ada sesuatu yang
sepertinya membuat saya menyesal, tapi apa
yach (saya berpikir) apakah karena saya telah
melakukan ini atau ada perasaan takut? Akhirnya
kami tertidur lelap, pagi harinya setelah kami
mandi kemudian sarapan dan bersiap-siap
berangkat ke kampus, Lilis memberitahukan
bahwa dirinya telah dijodohkan oleh ortunya di
Riau dengan anak pengusaha. Katanya "Sep..,
saya betul-betul minta maaf, bukan maksud Lilis
menyakiti kamu, karena setelah kuliah kita nanti
selesai, mungkin kita tidak akan bertemu lagi
sebab, saya harus kembali ke Riau dan menikah
dengan lelaki pilihan ortu Lilis."
Waktu itu juga saya seperti tidak ada tenaga,
lemas, menyesal campur marah. Saya
menangis dan berkata, "Mengapa.., Lilis..,
mengapa kau lakukan ini semua, kalau
seandainya saya tahu kamu sudah dijodohkan
dengan pilihan ortu kamu, saya tidak akan
menyentuh bahkan tidur dan melakukan di luar
batas-batas kewajaran dengan kamu? lantas apa
yang harus saya lakukan." Dia menjawab
dengan berlinang airmata "Sep.., saya sayang
sama kamu.., saya rela "Kegadisan" saya
diberikan kepadamu dan saya bangga bisa
memberikan sesuatu yang berharga pada diri
saya dan berarti untuk orang yang saya sayangi
dan saya cintai, saya mohon setelah kejadian ini
kamu harus bisa melupakan saya, waktu
semalam sayakan bertanya, apa yang membuat
kamu percaya bahwa saya sayang sama kamu,
kamu kan yang mengiginkan semua ini?" Saya
bantah, "Tapi kenapa kamu tidak bilang bahwa
kamu sudah dijodohkan dengan orang kaya
pilihan ortu kamu?" Ia jawab lagi, "Pokoknya
kamu tenang saja Sep.., dan saya juga sekarang
akan berusaha untuk melupakan kamu kok..?
izinkanlah saya untuk pergi. Saya mau pulang
sekarang", Saya tidak menjawab, ia mencium
bibir saya dan berkata "Saya sayang kamu kok"
saya bentak Lilis "Jika kamu sayang kepada
saya.., tinggalah bersama saya." Lilis tersenyum
manja dan berkata, "Jika saya menikah dengan
kamu.., kamu mau memberi makan apa.."
Rupanya Lilis memancing supaya saya benci dan
kesal terhadap dia, tapi aku nggak bisa marah,
hanya menangis, lalu ia duduk dan berkata lagi
"Maafkan saya Sep.., bukan itu masalahnya..,
bukan kamu nggak bisa memberi makan saya
dan saya yakin serta percaya kamu bisa
membahagiakan saya, tapi yang jadi tujuan
utama hidup saya, saya ingin membahagikan
orang tua saya, biarlah saya berkorban,
walaupun kita melanjutkan hubungan kita ini dan
tanpa restu orang tua.., pasti kita tidak akan
bahagia (kualat). Sejak itu saya sadar, hatinya
memang suci, ingin membahagiakan kedua
orang tuanya dan menikah dengan "lelaki kaya"
serta ia rela berkorban walau harus kehilangan
"mahkotanya" demi seseorang yang
sayanginya.
Para pembaca cerita-cerita Rumah Seks.., itulah
kisah nyata yang menimpa saya sebagai anak
kampung.. Cerita ini dulu saya alami 4 tahun
yang lalu. Dan kemarin bulan September 1999,
saya dengar dari teman bahwa dia melahirkan
seorang bayi perempuan dan kenangan saya
sewaktu bersamanya terbayang kembali. Ingin
saya menengok Lilis, tapi saya takut merusak
kebahagiaan rumah tangga mereka.
Saya merasa bersalah, merasa dibohongi, saya
merasa ditipu. Mungkin setelah saya berbagi
kisah nyata ini, beban dan rasa bersalah saya
bisa sedikit berkurang.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/882
U-ON

inc Powered by Xtgem.com